Rabu, 04 September 2013

Mahasiswa Butuh Orientasi Bukan Perploncoan


Bagi agan-agan yang temasuk MABA setuju gak sama postingan ini?
Kalo ane sih setuju gan....

Monggo dibaca dan jangan lupa komentnya ya...


Fitri Amalia Nur Majid

MASA orientasi sejatinya adalah masa perkenalan mahasiswa baru dengan kehidupan perkuliahan yang bisa dibilang cukup berbeda dengan kehidupan sekolah semasa SMA, SMP atau SD yang telah mereka lalui. Masa orientasi atau yang lebih akrab disebut orientasi pengenalan kampus (ospek) ini difasilitasi pihak kampus dan biasanya melibatkan mahasiswa senior sebagai panitianya. Melihat esensi dan tujuannya, ospek sangatlah diperlukan oleh mahasiswa baru. Di ospek inilah mahasiswa baru berkesempatan untuk mempelajari hal-hal baru yang berlaku di bangku kuliah seperti sistem pengisian rencana studi, sistem penilaian akademik fakultas dan jurusan, hingga berbagai unit kegiatan mahasiswa yang ada di kampus.  
Namun beberapa tahun terakhir esensi dari ospek yang dilaksanakan mulai dipertanyakan semenjak muncul kasus perploncoan yang berkedok masa orientasi. Di beberapa kampus, masa orientasi dimanfaatkan oleh mahasiswa senior untuk mengerjai dan menindas juniornya. Tidak selalu berupa tindakan fisik, tapi juga melalui tugas-tugas yang tidak lazim dengan tujuan mempersulit mahasiswa baru dan menjatuhkan mental mereka. Sebut saja kasus di kampus praja IPDN dan kampus-kampus lain yang sudah terkenal dengan perploncoannya. Hal inilah yang kemudian membuat beberapa kalangan masyarakat terutama para orangtua menentang adanya masa orientasi.

Sebagai mahasiswa yang pernah menjadi panitia masa orientasi, saya merasakan bahwa sesungguhnya masa orientasi diadakan guna membekali mahasiswa baru untuk menghadapi kehidupan perkuliahan yang akan mereka jalani selama kurang lebih empat tahun. Pada masa orientasi ini, panitia dan pihak kampus menyusun berbagai acara yang memiliki nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada mahasiswa baru. Nilai-nilai yang ditanamkan itu antara lain kepedulian, kesolidan, dan tanggung jawab. Tugas-tugas yang diberikan pun memiliki esensi tersendiri seperti esai tentang plagiarisme, autobiografi, life plan dan tulisan mengenai passion mereka. Tugas-tugas tersebut nantinya akan berguna bagi mahasiswa baru untuk menjalani perkuliahan. Tanpa masa orientasi, mahasiswa baru akan kaget dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk beradaptasi.

Jika masa orientasi yang dilaksanakan sesuai dengan esensinya dan tujuannya, maka tidak akan ada lagi kasus-kasus perploncoan yang tidak hanya merugikan mahasiswa namun juga pihak kampus karena nama baiknya dapat tercemar. Para orangtua juga tidak perlu khawatir anak-anaknya akan dikerjai dan ditindas, sebaliknya mereka akan mendukung kegiatan orientasi kampus sepenuhnya.

Masa orientasi masih diperlukan, tapi tidak dengan perploncoan.

Fitri Amalia Nur Majid
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Best Blogger Templates